Menakjubkan, begitulah yang coba ditampilkan oleh beberapa
pelaku Seni Ramayana Ballet Prambanan,
Surakarta, dalam awal bulan mei ini. Bagaimana tidak, mereka berhasil
menyuguhkan sebuah pertunjukan megah dengan balutan eksotika beragamnya lampu
panggung, kostum tradisional, dan yang lebih ektrim, pertunjukan tersebut dilakukan di panggung terbuka tepat di
depan Candi Prambanan. Sungguh
pengalaman yang tidak pernah terlupakan oleh
kami, rombongan KKL Paket Jawa Universitas Negeri Malang dalam tour Solo- Jogja yang digelar beberapa hari lalu. Meskipun
cerita yang ditampilkan bersifat tradisional, yakni membawakan cerita Ramayana
dengan perbaduan antara gamelan, tembang-tembang jawa, serta tarian-tarian sebagai
komunikasi dalam pertunjukan. Pengemasan para seniman Ramayana Ballet tidak
boleh dipandang remeh. Mereka berhasil memadukan ketradisionalan dengan modernisasi dalam bentuk alat-alat pementasan
bertaraf internasional.
Dikatakan demikian, karena permainan tata lampu yang jumlahnya puluhan
mampu menghipnotis penonton. Adakalanya ketika
sang Rama sedang berperang dengan Subali
untuk mendapatkan Dewi Tara, lampu-lampu serasa sehati mengikuti proses
peperangan tersebut dengan merubah menjadi warna merah. Begitupun juga ketika
Hanuman membakar Kerajaan Alangka yang biasa dikenal “Anoman Obong”. Penonton kembali diajak bersama-sama melihat secara
jelas proses terbakarnya Kerajaan Alengka. Dimulai ketika itu, muncullah asap sungguhan.
Asap-asap semakin mengepul membumbung tinggi. Sehingga muncullah api yang
benar-benar menyala membakar Kerajaan Alangka. Kobaran api terbakarnya Kerajaan
Alengka benar-benar ditampilkan di atas pertunjukan tersebut.
Selain
kemegahan pertunjukan, taraf internasional lain yang coba ditampilkan adalah
tampak dari nonteknis penerjemahkan sinopsis cerita Ramayana dengan
menggunakan tujuh bahasa sekaligus yaitu Indonesia, Prancis, Inggris, Jerman,
Jepang, Spanyol dan Korea. Hal ini
sebagai fasilitas bagi para penonton
yang notabene bukan hanya berasal
dari Indonesia melainkan juga mancenegara. Di penghujung cerita, penonton disuguhkan
oleh sebuah pertunjukan romantik antara Rama dan Sinta. Ketika Rahwana berhasil
ditaklukkan dan Shinta kembali menghadap Rama. Tetapi Rama menolak karena
menganggap Shinta telah ternoda selama berada di Alengka. Oleh karena itu, Rama
meminta bukti kepada Shinta untuk membuktikan kesuciannya, dan dengan sukarela
Shinta membakar diri. Namun, atas pertolongan dewa Api, Shinta selamat dari
Api. So sweet, begitulah mungkin ungkapan
beberapa bule. Terakhir sesi foto-foto
dengan para pemain menjadi salam perpisahan hangat dan keindahan candi
Prambanan di malam hari menjadi salam pengiring perjalanan kembali ke Malang,
mengesankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar