Sabtu, 07 September 2013

Cinta Rama Shinta Bertaraf Internasional



Menakjubkan, begitulah yang coba ditampilkan oleh beberapa pelaku  Seni Ramayana Ballet Prambanan, Surakarta, dalam  awal bulan mei  ini. Bagaimana tidak, mereka berhasil menyuguhkan sebuah pertunjukan megah dengan balutan eksotika beragamnya lampu panggung, kostum tradisional, dan yang lebih ektrim, pertunjukan tersebut dilakukan di panggung terbuka tepat di depan Candi Prambanan.  Sungguh pengalaman yang tidak pernah terlupakan oleh  kami, rombongan  KKL  Paket Jawa Universitas Negeri Malang dalam tour  Solo- Jogja yang digelar beberapa hari lalu. Meskipun cerita yang ditampilkan bersifat tradisional, yakni membawakan cerita Ramayana dengan perbaduan antara gamelan, tembang-tembang jawa, serta tarian-tarian sebagai komunikasi dalam pertunjukan. Pengemasan para seniman Ramayana Ballet tidak boleh dipandang remeh. Mereka berhasil memadukan ketradisionalan dengan  modernisasi dalam bentuk alat-alat pementasan bertaraf internasional.
                Dikatakan demikian, karena  permainan tata lampu yang jumlahnya puluhan mampu menghipnotis penonton. Adakalanya ketika  sang Rama sedang berperang dengan Subali  untuk mendapatkan Dewi Tara, lampu-lampu serasa sehati mengikuti proses peperangan tersebut dengan merubah menjadi warna merah. Begitupun juga ketika Hanuman membakar Kerajaan Alangka yang biasa dikenal “Anoman Obong”. Penonton kembali diajak bersama-sama melihat secara jelas proses terbakarnya Kerajaan Alengka. Dimulai ketika itu, muncullah asap sungguhan. Asap-asap semakin mengepul membumbung tinggi. Sehingga muncullah api yang benar-benar menyala membakar Kerajaan Alangka. Kobaran api terbakarnya Kerajaan Alengka benar-benar ditampilkan di atas pertunjukan tersebut.
                Selain kemegahan pertunjukan, taraf internasional lain yang coba ditampilkan adalah tampak dari nonteknis  penerjemahkan sinopsis cerita Ramayana dengan menggunakan tujuh bahasa sekaligus yaitu Indonesia, Prancis, Inggris, Jerman, Jepang, Spanyol dan Korea.  Hal ini sebagai fasilitas bagi  para penonton yang notabene bukan hanya berasal dari Indonesia melainkan juga mancenegara. Di penghujung cerita, penonton disuguhkan oleh sebuah pertunjukan romantik antara Rama dan Sinta. Ketika Rahwana berhasil ditaklukkan dan Shinta kembali menghadap Rama. Tetapi Rama menolak karena menganggap Shinta telah ternoda selama berada di Alengka. Oleh karena itu, Rama meminta bukti kepada Shinta untuk membuktikan kesuciannya, dan dengan sukarela Shinta membakar diri. Namun, atas pertolongan dewa Api, Shinta selamat dari Api. So sweet, begitulah mungkin ungkapan beberapa bule. Terakhir sesi  foto-foto dengan para pemain menjadi salam perpisahan hangat dan keindahan candi Prambanan di malam hari menjadi salam pengiring perjalanan kembali ke Malang, mengesankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar