Selasa, 24 September 2013

Demam Festival Operet


  Sekilas memang terbilang asing di sekitar wilayah Jawa Timur. Tetapi fenomena tersebut  hanya dalam bentuk hipotesis semata. Buktinya UKM Blero UM (Universitas Negeri Malang) berhasil menyelenggarakan FESOP  (Festival Operet) 2013 tingkat SMA/SMK sederajat  ((19/09/2013) dengan sukses. Hal tersebut terlihat dari antusiasme peserta yang berasal dari kota-kota besar  seperti SMA Bangil (Pasuruan), SMA Darmawanita (Sidoarjo), SMA Srengat (Blitar) termasuk beberapa SMA di kota Malang. Festival yang diikuti  11 peserta  berhasil menghentakan Gedung Sasana Budaya dengan ragam dan karakteristik Operet menurut perwakilan daerahnya masing-masing. Tercatat hampir seluruh penampil mampu memaknai Festival yang bertemakan “Yang Muda Yang Berbudaya” secara kreatif dan inovatif. 
                Festival Operet yang diselenggarakan UKM Blero UM tahun ini tampil beda dibandingkan dengan  festival-festival pada umumnya. Salah satu keistimewaan terlihat dari piala yang diperebutkan. Tidak tanggung-tanggung  4 jenis piala bergengsi diperebutkan yakni Piala Gubernur Jawa Timur (juara 1), Piala Walikota (juara 2), Piala Rektor UM (juara 3) dan Piala Dispora (aktor terbaik, aktris terbaik, sutradara terbaik, naskah terbaik). Tidak hanya itu, keistimewaan lain terlihat pada jalannya festival. Layaknya beberapa acara pencarian bakat . Tiga juri dengan segala kapasitas dan kualitasnya selalu memberikan komentar  pada setiap penampil setelah pertunjukan selesai. Fungsi utamanya jelas yaitu memperbaiki kualitas penampil operet agar dapat lebih baik lagi pada pertunjukan berikutnya.
                Salah satu pesen dewan juri yang sempat saya tangkap berkaitan dengan dunia operet  ialah bahwa Operet bukanlah sebuah pertunjukan yang  hanya merekam suara kemudian ditirukan oleh para pemainnya. Bagi juri operet merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tiga unsur:  Inovasi, Teknologi dan Informasi . Inovasi terlihat bagaimana cara  peserta mampu mengemas sebuah cerita dengan baik. Teknologi berupa audio yang dihasilkan dari Adobe Primer atau program yang lainnya. Sedangkan Informasi adalah terkait makna tersirat yang coba ditampilkan oleh setiap peserta festival  operet.
                Di akhir, melalui satu hari penuh dengan kata “kreatif” yang muncul dari beberapa penampil operet SMA/SMK se Jawa Timur . Pemenang Festival Operet diumumkan. Juara pertama diraih  oleh SMAN 1 Srengat Blitar, disusul SMAN 1 Sutojayan Blitar dan SMKN 5 Malang dan beberapa the best dari SMA N 1 Srengat Blitar (aktor terbaik), SMA BSS Malang (aktris terbaik), SMKN 5 Malang (Naskah terbaik) dan SMA N 1 Srengat  Blitar (Sutradara terbaik).  Sungguh sebuah festival  yang perlu diapreasi. Pertanyaannya adalah bagaimana setiap peserta maupun penyelenggara mampu mengaplikasikan dalam kehidupan yang sebenarnya. Tentang makna sebuah tema acara Fesop 2013 yang pada intinya mempertahankan “budaya” .  Siapkah kita tentang hal itu?

Sabtu, 07 September 2013

Cinta Rama Shinta Bertaraf Internasional



Menakjubkan, begitulah yang coba ditampilkan oleh beberapa pelaku  Seni Ramayana Ballet Prambanan, Surakarta, dalam  awal bulan mei  ini. Bagaimana tidak, mereka berhasil menyuguhkan sebuah pertunjukan megah dengan balutan eksotika beragamnya lampu panggung, kostum tradisional, dan yang lebih ektrim, pertunjukan tersebut dilakukan di panggung terbuka tepat di depan Candi Prambanan.  Sungguh pengalaman yang tidak pernah terlupakan oleh  kami, rombongan  KKL  Paket Jawa Universitas Negeri Malang dalam tour  Solo- Jogja yang digelar beberapa hari lalu. Meskipun cerita yang ditampilkan bersifat tradisional, yakni membawakan cerita Ramayana dengan perbaduan antara gamelan, tembang-tembang jawa, serta tarian-tarian sebagai komunikasi dalam pertunjukan. Pengemasan para seniman Ramayana Ballet tidak boleh dipandang remeh. Mereka berhasil memadukan ketradisionalan dengan  modernisasi dalam bentuk alat-alat pementasan bertaraf internasional.
                Dikatakan demikian, karena  permainan tata lampu yang jumlahnya puluhan mampu menghipnotis penonton. Adakalanya ketika  sang Rama sedang berperang dengan Subali  untuk mendapatkan Dewi Tara, lampu-lampu serasa sehati mengikuti proses peperangan tersebut dengan merubah menjadi warna merah. Begitupun juga ketika Hanuman membakar Kerajaan Alangka yang biasa dikenal “Anoman Obong”. Penonton kembali diajak bersama-sama melihat secara jelas proses terbakarnya Kerajaan Alengka. Dimulai ketika itu, muncullah asap sungguhan. Asap-asap semakin mengepul membumbung tinggi. Sehingga muncullah api yang benar-benar menyala membakar Kerajaan Alangka. Kobaran api terbakarnya Kerajaan Alengka benar-benar ditampilkan di atas pertunjukan tersebut.
                Selain kemegahan pertunjukan, taraf internasional lain yang coba ditampilkan adalah tampak dari nonteknis  penerjemahkan sinopsis cerita Ramayana dengan menggunakan tujuh bahasa sekaligus yaitu Indonesia, Prancis, Inggris, Jerman, Jepang, Spanyol dan Korea.  Hal ini sebagai fasilitas bagi  para penonton yang notabene bukan hanya berasal dari Indonesia melainkan juga mancenegara. Di penghujung cerita, penonton disuguhkan oleh sebuah pertunjukan romantik antara Rama dan Sinta. Ketika Rahwana berhasil ditaklukkan dan Shinta kembali menghadap Rama. Tetapi Rama menolak karena menganggap Shinta telah ternoda selama berada di Alengka. Oleh karena itu, Rama meminta bukti kepada Shinta untuk membuktikan kesuciannya, dan dengan sukarela Shinta membakar diri. Namun, atas pertolongan dewa Api, Shinta selamat dari Api. So sweet, begitulah mungkin ungkapan beberapa bule. Terakhir sesi  foto-foto dengan para pemain menjadi salam perpisahan hangat dan keindahan candi Prambanan di malam hari menjadi salam pengiring perjalanan kembali ke Malang, mengesankan.

Kamis, 05 September 2013

Menggeliatnya Perpustakaan UM



Berbeda. Jejak kaki ini seakan merasakan perihal tak biasa di Perpustakaan UM (Universitas Negeri Malang). Bukan proses pembangunan disetiap sudut area Perpustakaan UM dan taman-taman kusam yang coba dipercantik, melainkan adanya antusiasme yang begitu besar oleh Mahasiswa UM disegala fakultas untuk berkunjung di Perpustakaan UM. Padahal jarang sekali peristiwa ini terjadi. Kadang-kadang perpustakaan UM tampak sepi dan hanya beberapa mahasiswa saja yang mengunjungi. Setelah saya perhatikan dengan seksama, ini adalah musim MABA (Mahasiswa Baru) yang sedang terpompa semangatnya untuk menyusuri rutinitas perkuliahan pada awal-awal masuk. Adanya kebersamaan diskusi bersama menyelsaikan tugas dosen, sekedar browsing internet, dan meminjam buku rujukan tugas dari dosen menjadi prioritas utama.
                Sadar atau tidak antusiasme yang seperti inilah yang seharusnya dipertahankan. Barangkali mungkin menyadari betapa pentingnya membaca. UM telah menyediakan ribuan eksemplar buku yang dapat dimanfaatkan. Selain itu, fasilitas internet gratis dengan beberapa pekerja profesional  selalu siap melayani. Sehingga akan menjadi sia-sia jika tidak dipergunakan dengan baik. Pengalaman langka yang selalu terjadi setiap musim MABA menjadi perihal yang selalu kurindukan. Ketika mahasiswa begitu bersemangat meminjam buku dengan berbagai permasalahan yang dilakukan secara mandiri dengan bantuan komputer dan petugas perpustakaan.
                Entah fenomena di atas menjadi sebuah kemajuan atau hanyalah tradisi belaka. Terpenting adalah suasana perpustakan dipergunakan semestinya. Bukan hanya menjadi diskusi dua sejoli yang membahas masalah kegalauan hati atau hanya sebagai ajang cuci mata belaka, melainkan iklim diskusi akademik begitu besar  berhasil direalisasikan.  Melalui beberapa eksemplar buku-buku yang diperbutkan oleh MABA untuk sekedar dipinjam atau difotokopi.  Tidak hanya itu saja, beberapa pegawai perpustakaan pun pastinya akan semakin riang bekerja dengan banyaknya pengunjung perpustakaan. Disamping lebih maksimalnya Mbah Google diakses oleh ratusan mahasiswa setiap detiknya. Semoga geliat Perpustakaan UM yang selalu terjadi ketika MABA masuk tahun ini menjadi momentum awal budaya gemar membaca bagi para calon-calon guru Nusantara di bumi UM. Terima kasih untuk senyum mu yang begitu indah disuatu sore.